Peluang Bisnis Studio Foto Anak dan Bayi amat prospektif kedepannya karena belum banyak pemainnya. Bisnis Studio Foto anak atau bayi bisa dimulai usahanya di rumah, dengan dikemas plus bisnis percetakan digital bisa memiliki prospek bisnis yang amat bagus.
“Kalau kita bicara foto anak, peluang bisnis Studio Foto Digital anak dan bayi pasti menarik. Masalahnya bagaimana caranya agar bertahan. Banyak yang berhenti karena sifatnya hanya sekadar bisnis musiman. Bisnis ini bukan kebutuhan primer. Bila foto-foto yang dibuat hanya untuk kebutuhan fun, bukannya sejarah, maka ketika mulai jenuh, lalu ada studio foto lain yang lebih bagus, otomatis konsumen akan berpindah,” tukas Nathal.
Kurang lebih setahun setelah buka, Studio Foto yang memiliki target pasar khusus anak-anak, balita dan bayi ini sudah menarik perhatian masyarakat, baik dari kalangan orang biasa, artis, bahkan pejabat. Foto-Foto Digital bayi dan anak-anak dengan kostum lucu-lucu seperti buah, telur besar, dan macam-macam mulai dikenal dan digemari. Seiring waktu pula, para produsen produk anak dan bayi, termasuk rumah-rumah sakit juga mulai melirik untuk kerja sama atau order pembuatan iklan. Demikian pula dalam lomba foto anak tingkat nasional, Nathal Ajie selalu ambil bagian dalam penjurian serta aksesoris.
Nathal Ajie berprinsip seorang fotografer layaknya seniman lukis yang melukis dengan memanfaatkan cahaya. Ia tidak mungkin melakukan pekerjaan yang dianggap karya seni secara asal jadi. Sekadar informasi, tarif Paket Foto studio kelas menengah ke atas seperti Amadeus tidak bisa dianggap murah seperti Paket Foto studio kebanyakan. Harga cetak Paket Studio Foto bisa mencapai antara puluhan ribu hingga jutaan rupiah.
Sementara itu, terhadap konsumen yang datang Nathal juga tidak menganggap mereka itu sebagai orang lain yang minta dilayani semata-mata. Sebaliknya mereka diperlakukan selayaknya tamu yang datang ke rumahnya. Setiap kali sebelum sesi pemotretan ia akan banyak berbicara bersama kostumer demi menggali informasi mengenai obyek yang akan difoto tersebut dan memilih Paket Studio Foto. Sebab menurutnya konsumen boleh membawa konsep dan menyampaikan apa keinginannya, tetapi pada akhirnya Foto Digital yang akan diambil tetap yang menggambarkan anak ini seperti ia lihat apa adanya.
Sehingga orang hanya mau foto anak setelah merasa puas melihat hasilnya yang bagus. Seterusnya, seiring pertumbuhan anak semakin membesar, konsumen tidak kapok datang secara rutin. Berjalan selama lima tahun, diakuinya, sebanyak 60% yang datang adalah konsumen lama.
Demikianlah, meskipun tetap menjalankan bisnis studio foto anak dan bayi menurut perhitungan komersil, tetapi pria berkacamata tebal ini tetap melakukan berdasarkan konsep serta karakter yang ia miliki sendiri, dan bukan karya pesanan (Paket Foto Wedding) semata.
Sumber: majalahpengusaha.com
Ha…ha…ha…
Kacian amat tuh bocah, lagi nangis dipaksa foto 🙁
http://3gmobilephone-s.com